Selasa, 19 November 2013

Sekolah Lapang Untuk Peningkatan Mutu Bokar Bersih di Desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara

Doc : Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP
Berawal dari Sekolah Lapang di desa Banjar Sari Kecamatan Sampanahan di tahun 2012 dan di Desa Marga jaya Kecamatan Pamukan Barat 2013, Desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara ikut juga di lakukan pembinaan Sekolah Lapang.

Potensi Perkebunan Karet di Desa Sebelimbingan tidak kalah hebatnya dengan desa - desa yang memiliki potensi karetnya cukup tinggi.

Sehingga upaya percepatan untuk memecahkan masalah pelaku usaha dan pelaku utama dalam bidang pengolahan dan pemasaran khususnya Perkebunan Karet yang hingga sampai saat ini masih pola pengolahan maupun pemasaran masih bertaraf tradisional maka kami Dinas Perkebunan Kabupaten Kotabaru melaksanakan Sekolah Lapang di setiap desa yang akan berpotensi di liat dari Perkebunan Karet yang sudah menghasilkan TM (Tanaman Menghasilkan) maupun tanaman yang belum menghasilkan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).


Khususnya untuk desa Sebelimbingan yang dekat dengan pusat kota maupun pemerintahan Kabupaten Kotabaru dalam pelaksanaan praktek Sekolah Lapang tidak mengalami kendala berat dalam penanganan pemasaran maupun pengolahan seperti desa - desa yang lainnya.
dikarenakan di sana dalam pengolahan telah menggunakan pembeku anjuran.
dalam pemasarannya desa sebelimbingan di kelola oleh KUD Mitra Sejati maupun penyediaan pembeku lateks di perdagangkan oleh Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar Mitra Sejati juga.

Sehingga Metoda yang digunakan dalam pelatihan bagi Pelaku Usaha menggunakan multi metode pelatihan dengan pendekatan belajar berdasarkan pengalaman (Experiential Learning Cycle / ELC). dengan mengutamakan perbandingan Teori dan Praktek (70 : 30). dengan Nara Sumber Site Manager Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP dan Staf Pemasaran Bidang PUPPH Dinas Perkebunan Kotabaru  Akhamad Huzazie.

Peserta pada pelatihan Sekolah Lapang PPHP bagi pelaku usaha berjumlah 16 orang yang diikuti 2 (Dua) RPBSK penerima bantuan dari Dana TP Ditjen PPHP Tahun Anggaran 2013 dengan perincian sebagai berikut :

  • Kelompok RPBSK Maju Bersama
  • Kelompok RPBSK Sumber Rejeki
Diharapkan dengan selesainya pelatihan Sekolah lapang maka kelompok tani di desa Sebelimbingan dapat menjadi pelaku usaha yang terorganisir dalam pemasarannya maupun pengolahan hasil.



Selasa, 05 November 2013

Sekolah Lapang Untuk Peningkatan Mutu Bokar Bersih di Desa Marga Jaya Kecamatan Pamukan Barat

Doc : Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP
Kotabaru memiliki potensi lahan yang cukup tinggui untuk jenis tanaman perkebuan, termasuk desa yang kami datangi yaitu desa Marga Jaya Kecamatan Pamukan Barat.  Dilihat dari potensi luas Kecamatan Pamukan Barat memiliki luas wilayah 616,84 km2, secara geografis terletak 115° 50' 00" – 116° 05' 57" Bujur Timur dan 02° 30' 16" – 03° 50’ 02"  Lintang Selatan. Kecamatan Pamukan Barat memiliki 5 desa. Antara lain Desa Sengayam, Margajaya, Mayangsari, Mangka dan Batuah. Untuk saat ini difokuskan ke desa Marga jaya yang memiliki Luas 10,18 Km2 dengan persentase 1,7%
Bedasarkan luas wilayah desa Marga Jaya, di tinjau dari potensi perkebunannya karet bisa di liat sebagai berikut :

Luas kebun (Ha)
Umur Tanaman/Tahun Tanam
Jml Produksi saat ini / bln (kg)
TBM
TM
<1 th
1 Th
2 Th
3 Th
4 Th
5 Th
5 Th >
276,75
15
11
22,5
31,5
58,25
67,25
82,25
11,84

dengan luasan kebun karet sebesar 276,75 Ha dan produksi sebesar 11,84 Kg/bulan, sangat sayang apabila tidak di kembangkan secara maksimal .


Pola pemasaran yang di lakukan di sana masih rantai pemasaran tradisional yaitu dengan ciri - ciri Sistem pemasaran karet rakyat umumnya belum terkoordinasi baik, disebabkan panjangnya rantai pemasaran, serta rendah dan beragamnya mutu bokar. Hal ini menyebabkan tingginya biaya angkutan, yang akhirnya berpengaruh pada bagian harga yang diterima petani.

Sehingga di lihat dari pola pemasaran maupun mutu yang belum seragam dan belum ter organisir maka kami dinas perkebunan melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang bertujuan penguatan kelembagaan maupun pelatihan mutu karet.

Doc : Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP
Nara Sumber dari dinas Perkebunan Kotabaru yang dilaksanakan di desa marga jaya yaitu Kepala Seksi Pengolahan Bpk Andies Sumarsono, S.Hut, Site Manager Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP dan di dampingi Bpk Sutiyono selaku PPL yang ada di kecamatan Pamukan Barat. Dengan peserta Gapoktan Karya Makmur dan para RPBSK (Regu Peduli Bidang Sadap Karet).

Materi yang di berikan mulai dari penguatan Kelembagakan Kelompok maupun pengetahuan sistem pemasaran yang terorganisir, kemandirian kelompok tani hingga peningkatan Mutu Bokar petani sesuai dangan SNI Bahan Olah Karet (Bokar).

Berharap setelah di laksanakan Sekolah Lapang ini, Kelompok tani di desa Marga Jaya semakin kompak teroranisir dalam peningkatan mutu pengolahan karet dan memiliki Sistem pemasaran bokar yang terorganisasi terbentuk atas inisiatif petani maupun atas dorongan pemerintah. Sistem pemasaran bokar yang terorganisir memiliki aturan yang disepakati bersama seperti :
  • Pemberlakuan standarisasi mutu bokar (keseragaman ukuran, bahan pembeku, cara dan lama penyimpanan).
  • Penentuan formulasi (indikator) harga bokar yang akan diterima petani.
  • Penentuan waktu penjualan dan penimbangan
  • Penentuan besarnya uang jasa untuk kelompok pemasaran/KUD yang dilakukan secara musyawarah.

Sistem pemasaran yang terorganisir akan semakin baik dan kuat, jika volume bokar mampu memenuhi skala penjualan yang efesien dan berkesinambungan.










Selasa, 20 Agustus 2013

Momen Karnaval Dinas Perkebunan Kotabaru Mempringati Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 68



186 lebih Peserta Karnaval termasuk Dinas Perkebunan Kabupaten Kotabaru dalam ikut serta memperingati Hut Kemerdekaan RI ke 68.

Rute yang di lewati Karnaval mulai dari Gor Hingga berakhir di Tugu Ikan Minggu 18 Agustus 2013. Suasana meriah Seluruh jalan padat merayap.
Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP Tetap Semangat Membawa Sangsaka Merah Putih
Semangat dan Tetap Tersenyum (Rute Yang Dilalui masih jauh)

Thresiana Yuanita, SP Senyuman Beliau Mengingatkan Kita Bahwa masih ada Kartini Era Sekarang

Tim Identifikasi Kebun Rakyat & Tim Inventarisasi CP / CL dengan fasilitas Motornya




Selasa, 04 Juni 2013

Gerakan BOKAR (Bahan Olah Karet) Bersih Di wilayah Kabupaten Kotabaru

Doc Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP Kegiatan Sosialisasi
Dalam era globalisasi persaingan khususnya tuntutan konsumen terhadap standart mutu bahan olah karet  tidak dapat dihindari lagi. Sehingga perlu adanya pelatihan – pelatihan dan pembinaan untuk mengikuti persaingan terutama di baku mutu.

Untuk tercapainya kegiatan mutu Bahan Olah Karet yang Bersih dan Baik maka di terbitkanlah peratururan menteri Pertanian Nomor : 38/Permentan/OT.140/8/2008 tentang pedoman pengolahan dan pemasaran Bahan Olah Karet (BOKAR) serta peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 53/M.DAG/PER/10/2009 tentang pengawasan Mutu Bahan Olahan Komoditi Eksport Standart Indonesia Rubber yang di perdagangkan.


Tindak Lanjut untuk mendukung Bahan Olah Karet bermutu Baik dan Bersih maka Dinas Perkebunan melaksanakan Sosialisasi dan Pembinaan di setiap Daerah Wilayah Kabupaten Kotabaru.

Kamis, 04 April 2013

Sekolah Lapang Untuk Peningkatan Mutu Bokar (Bahan Olah Karet) Di Wilayah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012


Negara Indonesia merupakan negara penghasil dan pongekspor karet alam urutan ke 2 (dua) di dunia setelah Thailand. Bedasarkan sumber, Produksi karet alam Indonesia tahun 2011 diperkirakan mencapai 2,972 juta ton. Angka itu meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 2,736 juta ton, hal inilah yang membuat Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan paling penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong  pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati.

Dibalik peluang karet yang sangat besar, tuntutan terhadap bahan baku yang bermutu merupakan suatu tantangan besar bagi Indonesia.  Mutu bahan baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan oleh penanganan bahan olah karet di tingkat petani. Namun diketahu bahwa hampir 70%  petani karet di Indonesia merupakan petani tradisional sehingga kualitas mutu karet kurang dari setandar SNI dan yang 30%  sesuai dengan SNI Bahan Olah Karet (BOKAR).
Sehingga di lihat dari potensi Perkebunan karet di Indonesia apabila ditangani dengan pola pascapanen yang baik dan benar di setiap daerah  dengan berpedoman SNI, tidak salah Produksi karet di Indonesia di masa depan akan lebik baik dan menjanjikan.

Upaya percepatan untuk memecahkan masalah pelaku usaha dan pelaku utama dalam Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu mengubah sasaran dan sikap ketergantungan kearah kemandirian, dari saling ketergantungan ke arah kerja dalam kelompok dan pekerja terampil menjadi pekerja professional.  Salah satu upaya adalah kegiatan pelatihan bagi penyuluh, pendamping, pelaku usaha dengan melaksanakan Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP).

Untuk Wilayah Kabupaten Kotabaru Pelatihan Sekolah Lapang bagi Pelaku Usaha dilaksanakan setiap 1 (satu) minggu sekali selama 10 (sepuluh)  kali pertemuan, dimulai dari tanggal 30 September 2012 sampai tanggal 02 Desember 2012, dengan peserta sekolah lapang yaitu tiga kelompok tani Regu Peduli Bidang Sadap Karet di wilayah desa Banjarsari Kecamatan Sampanahan.

Nara Sumber Dari Dinas Perkebunan Kabupaten Kotabaru Yaitu Kepala Seksi Pengolahan Bpk Andies Sumarsono, S. Hut dan Site Manager PPHP Eko Oryza Anisopliae Putra, S.TP.

Panitia Pelaksana lancarnya kegiatan SL (Sekolah Lapang) di wilayah Kabupaten Kotabaru dibantu oleh Ibu Desy Ratnasari dan Bpk akhamd Huzazie.


Kamis, 28 Februari 2013

FORMAT DOKUMEN RENCANA USAHA



Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Bab 1. Identitas dan Legalitas Lembaga Usaha
Pada bagian ini diinformasikan mengenai identitas dan legalitas “perusahaan” antara lain :          Nama “perusahaan”, alamat, telepon, faksimili, e-mail “perusahaan”, No Badan Hukum, Nomor Pokok Wajib Pajak, Tanda Daftar “perusahaan”, Surat Ijin Usaha Perdagangan, pemimpin “perusahaan” dan sebagainya.
Bab 2. Ringkasan Rencana Usaha
Ringkasan Rencana Usaha dibuat setelah pemrakarsa menyelesaikan seluruh tahapan Rencana Usaha. Penyusunan ringkasan merupakan titik kritis bagi pemrakarsa, karena berdasarkan ringkasan Rencana Usaha perbankan/investor yang terbiasa dengan berbagai bentuk dan isi Rencana Usaha, telah dapat memperkirakan apakah usaha ini memiliki peluang yang menguntungkan untuk didukung pendanaannya. Format ringkasan Rencana Usaha pada umumnya terdiri dari misi, sejarah “perusahaan”, jenis usaha, produk dan rencana produksi, ringkasan penjualan, pesaing, resiko/peluang, kebutuhan dana, rencana keuangan, ringkasan analisis kelayakan, tim pengelola.
Bab 3 Format Dokumen Rencana Usaha
Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan antara lain mengenai Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Rencana Usaha :
- Visi : Merupakan suatu pernyataan tentang tekad kuat pemrakarsa untuk menjadikan “perusahaan” seperti apa dan bagaimana di masa yang akan datang dalam kurun waktu tertentu, antara lain diindikasikan dengan sifat, ukuran, keluasan, kedalaman “perusahaan” misalnya : peringkat “perusahaan” di dunia bisnis, jumlah cabang, kualitas produk dan layanan, pertumbuhan aset, segmen pasar dan sebagainya.
- Misi : Merupakan pernyataan yang jelas tentang jenis usaha yang dijalankan “perusahaan”, tentang produk, proses dan teknologi, segmentasi dan saluran distribusi.
- Strategi : Merupakan pilihan–pilihan cara, aturan dan arah yang terbaik dan berhubungan dengan kapasitas, positioning, kekuatan dan peluang yang dengan itu diharapkan misi “perusahaan” dapat tercapai. Lingkup strategi pada umumnya meliputi penjualan, manajemen, operasional, produk, keuangan, riset dan pengembangan, serta biaya dan sistem.
- Tujuan :  Merupakan suatu pernyataan tentang tujuan dari penyusunan Rencana Usaha, misalnya  Dalam rangka pengajuan kredit ke perbankan/investor.

Bab 4. Profil Usaha
Pada bagian ini diinformasikan penjelasan mengenai : - Sejarah berdirinya “perusahaan”, pemrakarsa, sumber permodalan, sumberdaya yang dimiliki (prasarana dan sarana dan SDM), lini usaha, produk/jasa yang dihasilkan, perkembangan perusahaan (produksi, jumlah cabang, jumlah tenaga kerja, pengakuan penghargaan yang dimiliki, sistem jaminan mutu yang telah diterapkan/SOP, penjualan dan pemasaran serta neraca keuangan sampai dengan Rencana Usaha ini dibuat).
- Produk yang telah dihasilkan, pengguna produk, pemanfaatan, kelebihannya dibandingkan produk yang sejenis dan penilaian pihak independen terhadap produk yang dihasilkan “perusahaan”.
- Neraca Perusahaan
Bab 5. Rencana Usaha
1. Profil Usaha yang Akan Dilakukan/Direncanakan
a. Rencana Produksi
·         Jenis dan volume produk yang akan diproduksi Pada bagian ini dijelaskan mengenai jenis-jenis produk (item) dan volume masing-masing produk yang akan diproduksi setiap kurun waktu tertentu (per minggu/per bulan/per semester/per tahun).
-          Proses produksi : Pada bagian ini dijelaskan mengenai teknologi dan proses produksi, prosedur serta persyaratan pada setiap tahapan proses produksi.
-          Bahan baku : Pada bagian ini dijelaskan sumber, tingkat ketersediaan, jumlah dan kualitas yang dibutuhkan serta tingkat harga dari supplier bahan baku.
-          Sarana dan prasarana produksi : Pada bagian ini dijelaskan mengenai sarana dan prasarana produksi yang akan dibangun serta kapasitasnya masingmasing.
b. Rencana Pemasaran :  
Pada bagian ini dicantumkan penjelasan mengenai :
ü  Segmen pasar yang dituju,  Cara pemasaran, Promosi (media yang digunakan, biaya yang dikeluarkan, intensitas promosi yang dilakukan dan dampak promosi).
ü  Distribusi (luas pasar, wilayah, jalur pemasaran, rantai pemasaran, keluasan pasar dan lain sebagainya).
ü  Pangsa pasar (pasar yang dikuasai, posisi “perusahaan” di pasar, segmentasi dan lain sebagainya).
ü  Harga (teknik penetapan harga jual, faktor yang mempengaruhi tingkat harga, stabilitas harga dan lain sebagainya).
ü  Tingkat Persaingan (jumlah pesaing, jarak antar usaha sejenis, faktor penghalang/entry barrier dalam memasuki pasar produk yang sama dengan pesaing.
c. Tenaga Kerja dan Sistem Upah
Pada bagian ini dijelaskan mengenai jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang akan diserap, serta sistem dan tingkat upah yang diterapkan.
d. Manajemen
Pada bagian ini dijelaskan mengenai organisasi perusahaan, pola operasional manajemen usaha serta hubungan dengan pihak-pihak terkait, seperti pihak mitra usaha dan lain-lain.
e. Lokasi
Pada bagian ini diinformasikan tentang tempat/lokasi kegiatan usaha yang direncanakan, mencakup alamat dan fungsi ruang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.
f. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pada bagian ini dijelaskan mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan usaha mulai dari persiapan sampai dengan produksi dan pemasaran.

2. Aspek Keuangan
o   Investasi : Pada bagian ini dijelaskan dalam bentuk tabel jenis-jenis dan biaya investasi berikut jumlah, harga satuan, total nilai, umur ekonomis, serta biaya penyusutan untuk masing-masing biaya investasi yang akan dibiayai oleh “perusahaan”.
o   Tingkat Gaji/Upah : Pada bagian ini dijelaskan dalam bentuk tabel tingkat gaji dan upah manajemen, karyawan, dan buruh tetap dan tidak tetap.
o   Modal Kerja : Pada bagian ini dijelaskan jumlah modal kerja antara lain, biaya bahan baku, biaya operasional alat/mesin, gaji/upah dan lain-lain selama kurun waktu tertentu misalnya 5 tahun.
o   Hasil Penjualan : Pada bagian ini dijelaskan jenis produk, harga jual dan nilai hasil penjualan per tahun selama kurun waktu tertentu yang direncanakan, misalnya dalam 5 tahun.
o   Pendapatan dan Biaya :  Pada bagian ini dijelaskan laporan keuangan rugi dan laba “perusahaan” yang mencakup antara lain : nilai penjualan, biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan pokok pinjaman, serta pajak per tahun selama kurun waktu tertentu misalnya 5 tahun.
Bab 6. Kebutuhan Dana dan Jadwal Pengembalian Pinjaman
Pada bab ini dijelaskan jumlah dana yang dibutuhkan, jumlah pinjaman yang diajukan (jika memerlukan dana pinjaman), kapan dana dibutuhkan, tujuan, rincian penggunaan dana, jangka waktu serta jadwal rencana /pengembalian dana pinjaman.
Bab 7.  Analisis Keuangan/ Kelayakan Usaha
Bab ini berisi analisis kelayakan usaha dari segi finansial, dengan menggunakan berbagai tolok ukur kelayakan sebagai berikut : Asumsi Dalam bagian ini dicantumkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan, antara lain tingkat bunga pinjaman, grace periode , pajak dan lain -lain.
1. Aliran Kas atau Cash Flow
Merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Berdasarkan jenis transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas.
b. Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas.
2.  Analisa Titik Impas atau Break Event Point
§  Analisa titik impas adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Asumsi yang mendasari :
§  Biaya perusahaan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
§  Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya varabel per unitnya adalah tetap sama.
§  Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
§  Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix” nya adalah tetap. Analisa Break Event Point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas minimal harga jual dan volume produksi dari suatu usaha. 

Prinsip Dasar Penyadapan Pohon Karet



Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu yang lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang matang dan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan rencana tersebut. Perencanaan meliputi tebal kulit yang diiris setiap kali penyadapan, lamanya bidang-bidang sadap yang digunakan (dalam tahun), dan penggunaan stimulannya (jumlah tiap kali penggunaan, frekuensi penggunaan, dan teknik penggunaannya).

Seringkali penyadapan tidak mempertimbangkan konsistensi sejalan dengan perencanaan yang telah disusun. Keadaan ini menimbulkan berbagai mudarat yang pada akhirnya merugikan pengusahaan perkebunan karet. Mudarat yang timbul – cepat atau lambat – adalah : produksi per sadap yang semakin menurun, timbulnya penyakit pada bidang sadap, berkurangnya umur ekonomi tanaman, dan berkurangnya kerapatan pohon per ha. Mudarat ini pada akhirnya berdampak kepada pendapatan karyawan di perkebunan oleh karena premi yang semakin menurun sejalan dengan semakin menurunnya produksi, semakin intensifnya penyadapan pada pohon-pohon yang masih potensial sehingga dengan cepat akan menurun pula produksinya, serta semakin cepatnya penumbangan/penggantian tanaman.

Kapan waktu menyadap dan kenapa waktu begitu penting ?
Dalam tinjauan waktu, prinsip yang harus dipedomani adalah : semakin siang penyadapan dilakukan, semakin rendah produksi per pohon yang diperoleh. Prinsip ini didasarkan atas mekanisme fisiologi internal tanaman. Seperti diketahui, tanaman menanggapi perubahan lingkungan dengan mengendalikan transpirasi. Ini berarti, pada saat suhu dan intensitas matahari tinggi, tanaman menekan transpirasi serendah mungkin untuk mencegah kehilangan air di jaringannya. Dalam konteks sel, terjadi perubahan turgor yang memberi dampak pelambatan aliran cairan sel. Bersamaan dengan itu, stomata daunpun menutup sehingga air dapat dihemat pelepasannya. Mekanisme ini berlangsung pada siang hari dan sejalan dengan turunnya suhu serta rendahnya intensitas matahari, sel-sel membesar, membentuk turgor yang tinggi. Dengan pendekatan inilah lateks di dalam pembuluhnya dinamik mengalir, sejalan dengan fluktuasi suhu dan intensitas matahari. Singkatnya : penyadapan yang semakin siang akan sedikit sekali mengalirkan lateks oleh sebab terjadinya penurunan turgor. Percobaan-percobaan sehubungan dengan hal ini sudah dilakukan dan membuktikan bahwa penyadapan di siang hari adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan merusak pohon. Dalam pelaksanaannya, penyadapan dianjurkan mulai jam 6.00 WIB dan selesai tidak lebih dari jam 10.00 WIB. Penyadapan setengah anca pertama (270 –275 pohon) dilakukan pada jam 7.00 – 8.00 WIB, dilanjutkan dengan setengah anca berikutnya (270 –275 pohon) pada jam 8.00 – 8.45 WIB. Kontrol waktu ini menjadi bagian pengawasan yang perlu dipertimbangkan sehingga penilaian terhadap mutu sadapan, kecepatan sadap tiap pohon dapat dievaluasi (Siregar, 1995).

Apa standar baku penyadapan ?
Karena pembuluh lateks tumbuh di kulit batang/cabang dan pembuluh inilah yang mengalirkan lateks, maka kulit pada pohon karet merupakan modal terbesar di perkebunan karet (Siregar, 1984). Pengirisannya yang periodik menjadikannya bagian dari standar baku penyadapan. Prinsip yang dipedomani adalah : semakin intensif penyadapan, semakin tipis kulit yang diiris pada setiap kali penyadapan. Ada beberapa alasan yang mendasari prinsip ini: Semakin intensif penyadapan, maka itu juga berarti semakin dekatnya jarak antar dua penyadapan. Konsekuensinya : kulit yang diiris haruslah dihemat untuk dapat mencapai umur ekonomi yang menguntungkan Tingkat kekeringan kulit pada jarak antar dua penyadapan yang dekat masih sangat tipis, sehingga pengirisan yang tipispun sudah cukup untuk pengaliran lateks Balai Penelitian Karet S.Putih sudah menyusun standar baku penyadapan sebagai berikut.

Konsumsi kulit
Kulit yang disayat untuk setiap kali penyadapan didasarkan atas frekuensi penyadapan.

Dalam penyadapan
Pada batas tertentu, semakin dalam penyadapan semakin banyak pembuluh lateks yang terpotong. Tetapi penyadapan yang terlalu dalam juga akan melukai kayu sehingga menimbulkan bekas yang merusak kulit pulihan. Dalamnya penyadapan idealnya 0,5 – 1 mm dari kambium.

Sudut alur sadap
Penyadapan yang ideal adalah dengan membentuk sudut 35- 400 terhadap bidang horizontal. Penyadapan yang terlalu tajam sudutnya akan memboroskan kulit, penyadapan yang tidak miring akan mengakibatkan aliran latekspun terhambat.

Rencana penggunaan bidang sadap
Mengingat kulit adalah modal terbesar dalam penyadapan, maka yang tidak kalah pentingnya adalah rencana penggunaan bidang sadap. Rencana penggunaan bidang sadap erat kaitannya dengan klon, proyeksi ekonomi, dan besarnya produksi yang akan diperoleh dari satu siklus umur ekonomi tanaman karet. Dengan kata lain, tanaman karet dapat disadap 15 tahun, 20 tahun, 22 tahun atau lebih dari itu, tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan. Dengan demkian, rencana umur ekonomi tanaman penting untuk dikatahui sehingga hal inipun berkaitan pula dengan perolehan produksi yang diharapkan.

Penutup
Penyadapan adalah suatu sistem panen yang sangat spefisik. Sistem ini mensyaratkan disiplin dan konsistensi atas disiplin itu. Standar baku telah ditetapkan, demikian juga diketahuinya rencana penggunaan bidang sadap sehingga mutu sadapan adalah kunci sukses suatu perusahaan perkebunan.

Contoh Pembuatan Proposal



I
Ringkasan eksekutif / Gambaran umum
II
Latar Belakang
Data Kelompok/organisasi/lembaga
Biodata pengurus
Struktur organisasi
Pendampingan (Fasilitasi / penguatan kelompok dan Pengawasan Mutu)
Susunan pemegang saham
III
 Potensi , Pasar dan Pemasaran
Status Tanah/kepemilikan, luas kebun, TM -TBM
Jenis Bibit / Klon
Produk/mutu produk /jasa yang dihasilkan
Gambaran Pasar
Target atau segmen pasar yang dituju
Trend perkembangan pasar
proyeksi penjualan
strategi pemasaran
analisis pesaing
saluran distribusi , transportasi
IV
Produksi dan Pengolahan
Proses produksi
Standart produk yang diminati, Mutu dan Kwalitas Produk
Bahan Baku dan Penggunaannya
Kapasitas produksi
Rencana Pengembangan Produksi
V
 Sumber Daya Manusia (SDM)
Analisa Kompetensi SDM, Jumlah anggota, keahlian anggota
Analisa Kebutuhan dan Pengembangan SDM
Rencana kebutuhan Pengembangan SDM
VI
Rencana Pengembangan Usaha
Rencana Pengembangan Usaha
Tahap-tahap pengembangan usaha
VII
Sarana prasarana dan Pemanfaatan Teknologi
Alat pasca panen
Jalan Angkutan Panen
Gudang Penyimpanan
Rencana Pemanfaatan Teknologi
Peralatan dan sistem yang sdh dimiliki
Tahapan Pengembangan Teknologi (aplikasi)
VIII
 Keuangan


Laporan Keuangan


Rencana Kebutuhan Investasi


Rencana Arus kas (Cash-Flow)


Rencana Kebutuhan pinjaman


Rencana Pengembalian dana pinjaman


Agunan yang dimiliki
IX
Dampak dan resiko usaha


Dampat terhadap Anggota dan masyarakat sekitar


Analisis resiko usaha


Antisipasi resiko usaha
X
Lampiran
Analisis Lingkungan Bisnis
Analisis Investasi
Kelengkapan perijinan
Peta lokasi
Foto Produksi
Dokumen lainnya